Ada rasa yang sangat bergaya tahun 1980-an saat ini. Banyak saudara dari umat Islam yang mulai kembali tanpa segan mengucapkan selamat hari Natal. Di masa kecil dulu keberagaman agama menjadi warna indah bukan sekat pembatas.
Bahkan beberapa tokoh penting menyatakan fenomena larangan memberi ucapan Natal itu hanya ada di Indonesia saja.
Ah, masa bodohlah dengan semua itu, yang penting Natal tetap berjalan walaupun ada atau tidak ucapan dari kita semua.
Di masa lalu, kebiasaan keluyuran bersama Mr.Billy membuat terkadang saya harus nongkrong diteras mesjid menunggu dia menunaikan sholat maghrib atau isya. Sebaliknya terkadang dia ikut masuk ke gereja bila saya harus beribadah dulu sebelum perjalanan keluyuran kami dimulai.
"Nanti dilihat keluargamu ribut semuanya, kacau kamu..."
"Ah sudahlah, salah sendiri gereja tidak melarang orang agama lain masuk kedalamnya..."
Kami tertawa sendiri saat itu, setetes air mata mengalir lagi di mata saya.
Kami bersahabat dan mengangkat saudara karena kami sesama 'Cucu Nabi Adam' yang diturunkun dari darah yang sama, darah manusia fana yang akan mati suatu saat nanti.
Bila saat itu banyak yang bingung melihat kami menjadi saudara angkat dengan agama berbeda, maka di masa lalu agama bukan halangan bagi kami saat berkumpul, berteman, mengangkat saudara. Prinsipnya,
"Bila kamu merasa perlu ada di saat aku dalam kesesakan bantuan dan aku perlu ada di saat kamu berada dalam kesesakan. Itu cukup menjadi alasan kita sebagai teman dan saudara..."
Cukupkah itu?
Lebih dari cukup buat kami...
Pagi, Sukses n God Bless You All..
www.hentorum.blogspot.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar