Dulu saya pernah menulis tentang gerobak pemulung yang bertuliskan,
"Semua manusia adalah calon kerak neraka"
Pada saat itu nilai gerobak pemulung menjadi sangat mulia dimata saya,
sebagai alat pencari kehidupan dan membantu masyarakat menjaga
kebersihan.
Namun, pada saat ini terasa kemuliaan itu mulai mengalami kelunturan. Rasa kagum saya terhadap mereka semakin berkurang.
Kenapa?
Bila sore hari Anda lewat Kalimalang sampai persimpangan lampu merah Mal
Metropolitan, akan tampak beberapa gerobak berjalan pelan dengan muatan
ibu dengan 2 atau 3 anak naik dan bapaknya menarik gerobak itu.
Masalahnya mereka bukan sedang memulung sampah plastik botol air
mineral, namun meminta belas kasihan dari orang yang lewat dijalan itu.
Beberapa kali terlihat botol dan gelas air mineral tergeletak dipinggir
jalan mereka abaikan. Mata mereka menghiba menatap mobil yang lewat.
Terkadang mereka menembus hujan tanpa mempertimbangkan kesehatan anaknya yang masih kecil.
Gerobak andalan yang membantu masyarakat berubah menjadi gerobak yang
membebani, karena lajur kiri jalan menjadi agak tersendat, terkadang
mereka parkir diatas trotoar yang sempit.
Satu hal yang muncul dalam pemikiran saya adalah bagaimana anak-anak itu
memandang kehidupan kalau seharian mereka ikut orang tuanya mengemis?
Apakan mereka akan menjadi dinasti pengemis yang baru? Berjalan kaki
keluar dari rumah lalu duduk dipinggir jalan meminta belas kasihan orang
yang lewat saj?
Hanya waktu yang akan menjawab semuanya itu.
Pagi, Sukses n GBU All...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar