Ada beberapa pedagang kaki lima yang menjadi langganan dijalur Grogol -
Cawang. Mereka menjual rokok, minuman ringan, air mineral dan roti atau
makanan kecil lainnya.
Keadaan ini membuat rasa kantuk bila pulang agak terobati dengan singgah
minum segelas teh dan roti, perjalanan dilanjutkan dengan mata yang
sudah segar lagi.
Namun hari kamis yang lalu, rasa kantuk itu menyerang sesudah lewat Komdak.
Pedagang kaki lima langganan tidak ada didaerah ini, jadi terpaksa singgah di sembarang pedagang saja.
Nah, disini cerita dimulai.
Pedagang kaki lima disini tidak mau jual minuman dengan kemasan gelas
karena murah dan untungnya tipis. Mereka memilih kemasan botol saja
dengan margin keuntungan bisa 1500 rupiah perbotol.
Ada baiknya tindakan ini mereka lakukan, karena mereka membentuk pasar
yang lebih tinggi tingkatnya lagi. Menaikkan level pasar yang dituju
bagus sekali, namun...
Bila biasanya cukup 3000 rupiah untuk jajan penghilang kantuk, kenaikan
jenis jajanan ini menjadikan biaya 6000 rupiah. Bagaimana bila yang
singgah adalah orang dengan ekonomi terbatas?
Bila dulu hadirnya pedagang kaki lima memang untuk melayani mereka yang
tidak mampu, kelihatannya sekarang mereka hadir untuk melayani kalangan
yang mereka inginkan.
Ada yang salah?
Tidak ada yang salah, hanya mereka kehilangan rasa terima kasih dan doa
dari orang yang hanya membawa 5000 rupiah saja di kantongnya.
Rugi kah kehilangan doa mereka itu?
Anda semua tahu jawabnya.....
Pagi, Sukses n God Bless You All
Tidak ada komentar:
Posting Komentar