Alkisah, seorang pemburu berangkat ke hutan dengan membawa busur dan tombak.
Ia berkhayal membawa hasil buruan yang paling besar, yaitu seekor rusa.
Ia pun tidak ingin memakai anjing pelacak atau jaringan penyerat, tetapi
menunggu di balik sebatang pohon yang memang sering dilalui oleh
binatang-binatang buruan.
Tak lama menunggu, seekor kelelawar besar hinggap di atas pohon kecil
tepat di depan si pemburu. Dengan ayunan parang atau pukulan gagang
tombaknya, kelelawar itu sebenarnya mudah sekali ia peroleh. Tetapi
pemburu itu berpikir,
“Untuk apa merepotkan diri dengan seekor kelelawar? Apa artinya ia dibanding dengan seekor rusa besar yang saya incar?”
Tak lama berselang, seekor kancil lewat. Kancil itu sempat berhenti di
depannya, bahkan menjilati ujung tombaknya. Sekali lagi pemburu itu
berpikir,
“Ah, hanya seekor kancil, nanti malahan tidak ada yang dimakan. Sia-sia saja.”
Agak lama pemburu itu menunggu.
Tiba-tiba terdengar langkah-langkah kaki binatang mendekat, pemburu itupun mulai siaga penuh, tetapi ternyata, ah… kijang.
Ia pun membiarkan binatang itu berlalu. Lama sudah pemburu itu menunggu,
tetapi tidak ada satu pun rusa yang lewat, hingga ia tertidur.
Hampir sore hari ketika seekor rusa yang ditunggu pun lewat. Rusa itu
sempat berhenti di depan pemburu, tetapi pemburu itu sedang tidur.
Ketika rusa itu hampir menginjaknya, ia kaget.
Spontak ia berteriak,
“Rusa!”.
Rusa yang kaget pun lari terbirit-birit sebelum pemburu itu melempar
tombaknya. Akhirnya, pemburu itu pun pulang tanpa membawa apa pun.
Banyak orang yang mempunyai idealisme terlalu besar untuk memperoleh
sesuatu yang diinginkannya. Ia berpikir dan berbicara terlalu tinggi
hingga terkadang sulit dipahami.
Tawaran dan kesempatan-kesempatan kecil yang datang dilewati begitu
saja, tanpa pernah berpikir bahwa mungkin saja ia bisa memperoleh
sesuatu yang berharga di situ. Tidak jarang orang yang demikian malahan
menelan pil pahit karena akhirnya tidak mendapatkan apa-apa.
Gbu
Tidak ada komentar:
Posting Komentar