Ada sebuah cerita tentang sepasang Orang Tua. Sebut saja namanya Bapak Thomas dan Ibu Amanda.
Dalam usia 90-an, Pak Thomas telah sangat berkurang pendengarannya. Alat
bantu dengar pun tak sepenuhnya menolong. Tak jarang reaksinya hanya
tersenyum karena tak sepenuhnya paham akan perkataan orang. Atau, ia
bereaksi menyimpang dari topik pembicaraan. Hanya ada satu orang yang
dengannya ia masih dapat berkomunikasi dengan tepat, yaitu Bu Amanda,
istrinya.
Kasih dan kebersamaan yang berlangsung sekian lama membuat mereka sanggup saling mengerti melampaui keterbatasan indra fisik.
Di antara mereka berdua terjalin bahasa hati.
Waktu memang dapat mengikis habis segala kemampuan kita berkomunikasi.
Ketika seseorang menjadi tua, bahkan uzur, segalanya menjadi berubah.
Jari tak lagi lincah bermain di atas papan ketik. Tangan gemetar. Bibir
enggan berucap. Telinga tak lagi tajam mendengar. Otak lamban menangkap
informasi. Bahkan ada yang disergap penyakit pikun.
Mungkin kita bertanya, bagaimana orang-orang seperti ini berkomunikasi dengan Tuhan?
Syukurlah, komunikasi kita dengan Tuhan tidak bergantung pada alat-alat,
baik indra kita maupun perlengkapan elektronik, melainkan pada KASIH.
K∂SĮH melampaui segala media. K∂SĮH mengerti desah napas, gerak jari,
getar bibir, dan titik air mata. Kasih itu menembus segala batas. Kasih
itu kekal. Bahkan ketika semua media komunikasi rusak, kasih tetap
tinggal di hati. Menjadi bahasa hati. Menjadi bahasa yang abadi.
MENJADI TUA BUKANLAH RINTANGAN UNTUK MENGASIHI ALLAH SEBAB DIA MENGENAL BAHASA HATI.
Kasih tidak berkesudahan; nubuat akan berakhir; bahasa lidah akan berhenti; pengetahuan akan lenyap.
Selamat Malam All
Tetaplah bersemangat!
Teruslah bertumbuh!
Teruslah belajar!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar