Minggu, 15 Mei 2016


https://www.facebook.com/MarcusLambMinistry/?fref=photo

BURUNG KECIL PINDAH RUMAH

Seekor burung kecil sedang sibuk untuk persiapan pindah rumahnya, lalu bertemu siburung ini dengan tetangganya.

Tetangganya bertanya:

“Kamu mau ke mana?”

Burung kecil menjawab:
“Saya mau pindah ke hutan yang berada di sebelah timur.”

Tetangga bertanya lagi:
“Di sini kamu hidupnya lumayan baik,
mengapa mau pindah?”

Burung kecil pun menjawab,

“Tidakkah kamu mengetahuinya,
bahwa Semua orang di sini tidak suka dgn suaraku, Mereka mengatakan bahwa suara saya sangat jelek,
jadi saya harus pindah rumah.”

Tetangganya pun berkata:
“Sebenarnya kamu tidak perlu pindah, tapi kamu hanya perlu mengubah suara nyanyianmu.

Jika kamu tidak bisa mengubah /memperbaiki suara saat bernyanyi, maka Walaupun kamu pindah ke hutan yang berada di sebelah timur atau sebelah manapun.
Mereka yang di sana tetap tidak akan suka padamu.”

Burung kecil itupun menangis dan akhirnya menyadari kesalahannya.

***
Cerita di atas, mengingatkan kita bahwa dalam kehidupan sehari-hari perlu ada introspeksi diri.

Jangan selalu menyalahkan lingkungan kita, maupun mengkritik orang lain tidak cocok dengan kita, atau kita tidak cocok dengan orang tertentu.

Sekali waktu, kita perlu melihat ke dalam diri sendiri.

Pepatah bijakmengatakan:

“Betapa bernilainya kesadaran diri”.
Oleh karena itu, orang yg tidak bisa introspeksi diri, ke manapun orang tersebut pergi, dia akan menemukan masalah yang sama, dan akhirnya dia
akan kelelahan dan tidak tahu harus pergi ke mana lagi.
Selamat pagi semoga Allah   melimpah rahmat dlm hidup dan karya kita.

HAKIM CIUM TANGAN TERDAKWA (Sebuah Pelajaran Berharga dr Jordania)


Hakim itu mengejutkan semua orang di ruang sidang. Ia meninggalkan tempat duduknya lalu turun untuk mencium tangan terdakwa.
Terdakwa yang seorang guru SD itu juga terkejut dengan tindakan hakim. Namun sebelum berlarut-larut keterkejutan itu, sang hakim mengatakan, “Inilah hukuman yang kuberikan kepadamu, Guru.”
Rupanya, terdakwa itu adalah gurunya sewaktu SD dan hingga kini ia masih mengajar SD. Ia menjadi terdakwa setelah dilaporkan oleh salah seorang wali murid, gara-gara ia memukul salah seorang siswanya. Ia tak lagi mengenali muridnya itu, namun sang hakim tahu persis bahwa pria tua yang duduk di kursi pesakitan itu adalah gurunya.
Hakim yang dulu menjadi murid dari guru tsb mengerti benar, pukulan dr guru itu bukanlah kekerasan. Pukulan itu tidak menyebabkan sakit dan tidak melukai. Hanya sebuah pukulan ringan untuk membuat murid-murid mengerti akhlak dan menjadi lebih disiplin. Pukulan seperti itulah yang mengantarnya menjadi hakim seperti sekarang.
Peristiwa yang terjadi di Jordania pada pekan lalu dan dimuat di salah satu surat kabar Malaysia ini sesungguhnya merupakan pelajaran berharga bagi kita semua sebagai orangtua. Meskipun kita tidak tahu persis kejadiannya secara detil, tetapi ada hikmah yang bisa kita petik bersama.
Dulu, saat kita “nakal” atau tidak disiplin, guru biasa menghukum kita. Bahkan mungkin pernah memukul kita. Saat kita mengadu kepada orangtua, mereka lalu menasehati agar kita berubah. Hampir tidak ada orang tua yang menyalahkan guru karena mereka percaya, itu adalah bagian dari proses pendidikan yang harus kita jalani. Buahnya, kita menjadi mengerti sopan santun, memahami adab, menjadi lebih disiplin. Kita tumbuh menjadi pribadi-pribadi yang hormat kepada guru dan orangtua.
Lalu saat kita menjadi orang tua di zaman sekarang… tak sedikit berita orang tua melaporkan guru karena telah mencubit atau menghukum anaknya di sekolah. Hingga menjadi sebuah fenomena, seperti dirilis di Kabar Sumatera, guru-guru terkesan membiarkan siswanya. Fungsi mereka tinggal mengajar saja; menyampaikan pelajaran, selesai.
Bukannya tidak mau mendidik muridnya lebih baik, mereka takut dilaporkan oleh orang tua murid seperti yang dialami teman-temannya. Sudah beberapa guru di Sumatera Selatan dilaporkan orang tua murid hingga harus berurusan dengan polisi. Termasuk yang terjadi terhadap Bapak Aop di Kabupaten Majalengka, gara-gara mencukur rambut siswa yang gondrong dengan tujuan menegakkan disiplin, Pak Aop harus berurusan dengan polisi bahkan sampai ke pengadilan hingga ke Mahkamah Agung (MA).
Semoga tulisan ini, bagi kita para orang tua atau wali murid, bisa membangun hubungan yang lebih baik dengan guru. Kita bersinergi untuk menyiapkan sebuah generasi masa depan. Bukan hubungan atas dasar transaksi yang rentan lapor-melaporkan. 




https://www.facebook.com/MarcusLambMinistry/?fref=photo

SEBUAH FLASH BACK

Anak perempuan Billy Graham diwawancarai di Berita Awal oleh Jane Clayson dan ditanya mengenai serangan 11 Sept.
'Bagaimana mungkin Tuhan membiarkan hal seperti ini terjadi?'


Anne Graham memberi jawaban yg sangat berhikmat. 
"Saya percaya Tuhan sangat berduka dgn semua yg terjadi, sama berdukanya dgn kita, namun selama bertahun-tahun kita menyuruh Tuhan utk keluar dari lingkungan sekolah, lingkungan pemerintah dan keluar dari kehidupan kita. Dan sebagai pribadi yang sopan, Tuhan mundur keluar. Bagaimana kita mengharap Tuhan memberikan berkat dan perlindungannya kalau kita minta Dia meninggalkan kita sendirian?"


Peristiwa2 yg barusan terjadi, serangan teroris, penembakan di sekolah, dsb. 

Saya pikir dimulai sejak Madeleine Murray O'Hare (dia terbunuh, belakangan jasadnya ditemukan) mengeluh bahwa dia tdk ingin ada doa di sekolah2 dan kita berkata OK. 

Lalu seseorang berkata kita tdk perlu membaca Alkitab di sekolah. Alkitab yang berkata jangan membunuh, jangan mencuri, dan kasihilah tetangga seperti engkau mengasihi dirimu sendiri. Dan kita berkata OK.


Lalu Dr. Benjamin Spock berkata kita tdk boleh memukul pantat anak kita saat mereka berlaku nakal karena nanti kepribadian mereka akan rusak dan kita merusakkan harga diri mereka (anak Dr. Spock melakukan bunuh diri). Kita berkata seorang ahli tahu apa yg mereka katakan. Dan kita berkata OK. 

Sekarang kita heran mengapa anak2 kita tdk punya nurani, mengapa mereka tdk tahu membedakan benar dari salah, mengapa mereka tdk peduli saat membunuh orang asing, teman sekelas dan diri mereka sendiri.
Kalau kita renungkan cukup lama, kita akan mengerti. Ini berhubungan erat dengan 

"APA YANG KITA TABUR ITU YANG KITA TUAI" 

Lucu betapa mudahnya orang menyingkirkan Tuhan lalu heran mengapa dunia menuju neraka.
Lucu saat kita percaya akan apa yg ditulis koran tapi mempertanyaka apa yg ditulis oleh Alkitab.
Lucu saat kita bisa mengirim 'guyonan' lewat sos-med dan itu menyebar dgn liarnya, tapi saat kita mengirim pesan ttg Tuhan, orang berpikir dua kali sebelum membagikannya.
Lucu bagaimana artikel2 yg jorok dan vulgar bebas tersebar di internet, sedangkan diskusi ttg Tuhan dibatasi dari sekolah dan lingkungan kerja.
Lucukah ini bagimu?
Lucu bila saat engkau meneruskan pesan ini, engkau tdk mengirimkan ke banyak temanmu karena engkau tdk yakin apakah mereka percaya, apa yg akan mereka pikirkan ttgmu.
Lucu saat engkau lebih khawatir apa yg orang pikirkan ttg dirimu daripada apa yg Tuhan pikirkan ttg kita. 

Gbu All.🌲🎀🙏💞

https://www.facebook.com/MarcusLambMinistry/?fref=photo