Kamis, 19 Desember 2013

Sistem Berfikir..(Copas Ms.Rien Marini)

Cara berpikir mempengaruhi tindakan manusia sehari-hari.

Russell L. Ackoff, seorang filsuf, berpendapat bahwa ada dua ide utama yang mendasari cara berpikir ilmiah tradisional.

How we think influences human's behaviour everyday. Russell L. Ackoff, a philosopher, thinks that traditionally scientific system thinkings are based on two main ideas.

Ide pertama didasarkan pada pemahaman bahwa semua fenomena dapat diterangkan dengan menggunakan hubungan sebab-akibat yang menyatakan bahwa setiap hal mempunyai penyebab jika penyebab tersebut perlu dan cukup. Cara berpikir ini tidaklah memadai sebab seringkali mustahil bagi kita untuk dapat menemukan hubungan sebab-akibat satu demi satu antar komponen dalam sistem.

First idea is based on understanding about every phenomenon can be explained with cause-effect corelation which says that every thing has a cause if the cause is necessary and sufficient. This system thinking is not enough, because it's often impossible for us to find the cause-effect corelation for every component in the system.

Ide kedua disebut reduksionis yang menyatakan bahwa segala sesuatu yang ada di dunia (serta setiap pengalaman tentang dunia) dapat direduksi, didekomposisi, didisasembli, atau dibagi-bagi sehingga diperoleh bagian yang tak dapat lagi dibagi-bagi. Penyelesaian masalah dari setiap bagian ini dianggap dapat menyelesaikan keseluruhan masalah
Ide kedua disebut reduksionis yang menyatakan bahwa segala sesuatu yang ada di dunia (serta setiap pengalaman tentang dunia) dapat direduksi, didekomposisi, didisasembli, atau dibagi-bagi sehingga diperoleh bagian yang tak dapat lagi dibagi-bagi. Penyelesaian masalah dari setiap bagian ini dianggap dapat menyelesaikan keseluruhan masalah Coba kita lihat contoh cara berpikir ilmiah reduksionis secara agak ekstrim:

Let's see some examples which are rather extreme:

Seorang ayah mengidap penyakit diabetes dan lever (hati). Untuk memecahkan masalah ini, sang anak membagi masalah ini ke dalam dua bagian, yaitu sakit diabetes dan sakit lever. Suatu hari sang anak membawa sang ayah ke dokter ahli penyakit diabetes untuk mengatasi masalah pertama. Keesokan harinya ke dokter ahli penyakit lever untuk mengatasi masalah kedua. Kedua dokter tentu memberi obat yang berbeda, dokter ahli diabetes memberi obat untuk menurunkan kadar gula dalam darah sedangkan dokter ahli lever memberi obat untuk menaikkan kadar gula agar lever dapat berfungsi kembali.

Pada masalah ini, kesalahan ada pada semua pihak, mengapa baik anak maupun orangtuanya tidak memberitahu tiap dokter bahwa ayahnya mempunyai penyakit lain dan mengapa sang dokter tidak menanyakan obat apa yang sedang dikonsumsi oleh sang ayah. Mungkin itulah akibat cara berpikir reduksionisKetika kita mengerjakan soal ujian esai, mungkin setiap soalnya terdiri dari beberapa pertanyaan, lebih baik jika kita membaca semua pertanyaan yang berkaitan dengan soal tersebut terlebih dulu sebelum kita mengerjakannya, karena seringkali ketika kita mengerjakan soal tersebut satu per satu, ketika kita melangkah ke soal berikutnya mungkin kita baru benar-benar mengerti apa yang diminta penguji / pembuat soal Ini adalah contoh yang lebih umum, ketika kita menterjemahkan kalimat antar bahasa, jika kita artikan kata-katanya satu per satu tanpa melihat konteks kalimatnya, kemudian menyatukannya, hasil terjemahannya bukan tidak mungkin jadi aneh.

contoh:
Inggris - Indonesia : My grandfather are going to dance with her grandmother in a ballroom. Milik saya (My) besar ayah (grandfather) adalah (are) going (pergi) ke (to) dansa (dance) dalam (in) a (sebuah) bola ruang (ballroom). Sepasang suami-istri hidup di negara dengan empat musim. Suatu ketika, musim dingin tiba. Kemajuan teknologi telah mendukung terciptanya selimut pemanas yang bisa diatur suhunya. Pasutri (pasangan suami istri) tersebut pun membeli satu selimut tersebut untuk mereka berdua. Selimut ini memang didisain untuk pasangan suami istri. Keunggulan selimut listrik ini, temperatur suhu selimut bagian kanan dan kiri bisa diatur oleh masing-masing penggunanya (jadi suhu selimut sebelah kanan mungkin berbeda dengan suhu selimut sebelah kiri). Suatu saat Sang suami tidur bersama istrinya. Di malam hari, sang suami merasa agak kedinginan, lalu dia berpikir, "Ah, pasti istri saya kedinginan.", karena cintanya pada sang istri, dia pun menaikkan suhu selimut istrinya. Tak lama kemudian, sang suami pun tertidur. Istri sang suami merasa agak kepanasan, dia pun berpikir, "Ah, suami saya pasti kepanasan." Karena cintanya pada sang suami, sang istri pun menurunkan suhu selimut suaminya. Akhirnya... mungkin saja sang istri mati kepanasan, sedangkan sang suami mati kedinginan. , itulah mengapa sistem berpikir seperti itu dianggap kuno. Jaman sekarang ini, kedua ide tersebut mungkin tidak tepat lagi untuk diterapkan karena banyak masalah tidak dapat dipecahkan dengan kedua ide tersebut, ide yang tepat adalah dengan cara berpikir sistem, jadi kita memikirkan penyelesaian untuk keseluruhan masalah sekaligus, bukan per bagiannya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar