Rabu, 22 Juli 2015

Maaf... (2)

Tulisan pagi tadi secara tidak terduga direspon oleh Pak Hotman, marganya tidak boleh disebut yang pasti orang Batak.

"Bah, aku jadi ingin nangis baca tulisan itu. Ingat mendiang Opungku..."

Lahir di Samosir 60an tahun yang lalu, dia tumbuh sebagai remaja yang cukup bandel dan bebas, karena Papa Mamanya meninggal di usia muda. Dia tinggal di rumah Opungnya sejak saat itu.

Budaya minum tidak mempengaruhinya karena punya alergi alkohol namun,

"Joker Karo susah untuk ditolak, uang ada karena Opung kaya. Jadi setiap hari itu saja kerjaku..."

Sampai suatu hari karena kehabisan uang, diambilnya cincin nikah Opung dan digadaikan seharga Rp.20.000,-

"Dengan uang itu aku main dan menang banyak. Saat diberi tahu Opung sakit aku bilang paling sebentar sehat lagi, karena Opung tak pernah sakit. Tetapi 2 jam kemudian dapat kabar Opung sudah meninggal"

Rasa sesal yang dalam membuatnya segera pulang setelah menebus cincin kawin itu.

Singkat kata dari pembagian warisan tantenya mendapat bagian masing-masing dan Hotman mendapatkan semua uang dan rumah Opungnya ditambah rumah tempat almarhum orang tuanya saja.

Merasa dikejar dosa membuatnya merantau ke Jakarta dan berusaha disana. Nasib baik dia berhasil karena modalnya yang kuat. Saat ini pabriknya ada 3 buah di Tangerang.

"Saat uang banyak gereja di kampung aku bagusin, namun kok masih saja aku dikejar dosa cincin itu..."

Adakah yang punya cerita terlambat untuk meminta maaf seperti ini?

Jika umat Kristen mungkin saya bisa bantu untuk bisa keluar dari 'ikatan dosa' masa lalu seperti ini, atur waktu bertemu saya.

Bagi umat agama yang lain perlu datang ke tokoh agama masing-masing supaya diupayakan jalan keluarnya.

Siang, Sukses n God Bless You All..
www.hentorum.blogspot.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar