Selasa, 29 Desember 2015

HARGA LUTUT ANDA RP 200 JUTA, MAKA PELIHARA DAN JAGALAH (Siapa tahu bermanfaat : Copas Dari dr. Handrawan Nadesul)

Dalam Talkshow Jumat lalu di Hospital Expo, saya mengawali apa dasar visi "Sehat Itu Murah" sebagaimana menjadi topik Talkshow. Saya mengawalinya dengan mengangkat ihwal harga sebuah lutut kita apabila kita tidak memelihara dan merawatnya.

Tentu bukan kesengajaan, melainkan tentu karena tidak tahu kalau sendi lutut masih memikul beban bobot tubuh berlebihan, termasuk beban yang harus dipikul pinggang, setelah umur mulai uzur.

Sayangnya, banyak yang tidak tahu, karena memang tidak ada yang memberi tahu, kalau sudah umur kepala 5, sebaiknya tidak memilih jogging, berlari, apalagi lompat. Pengetahuan yang sesungguhnya murah ini, menjadi mahal, kalau bukan sangat mahal, apabila masyarakat tidak tahu, sehingga sendi lutut telanjur rusak. Keliru memperlakukan sendi lutut, akibat masih tetap jogging, berlari, main tennis, badminton, volley, dan aktivitas fisik lain yang membebani sendi lutut. Itu yang saya maksudkan dengan visi sehat itu murah. Oleh karena ongkos mengganti satu lutut yang telanjur rusak akibat tidak tahu seharga Rp 200 juta.

Contoh lain, tidak menginjak kerikil tanpa alas kaki sehingga persarafan telapak kaki menderita radang akibat tertekan kerasnya kerikil yang sangat keras selama memikul bobot tubuh. Alasan bahwa itu sebagai refleksologi tidak bisa diterima akal sehat, oleh karena kalau itu suatu refleksologi, tekanan yang diterima telapak kaki yang hanya menekannya dengan jempol tangan, paling kuat 5 Kg saja tekanannya. Namun apabila berdiri di atas kerikil, tekanan itu seberat bobot tubuh.

Karena tidak ada yang memberi tahu, hanya karena mendengar katanya menginjak kerikil tanpa alas, bisa menyehatkan, maka yang semula maunya supaya sehat, malah jadi korban kerusakan saraf telapak kaki. Akibat buruk menginjak kerikil bisa fascitis plantaris yang terjadi. Murahnya pengetahuan yang memberi informasi tidak menginjak kerikil tanpa alas itu, menjadi mahal kalau kita tidak tahu, yakni seharga ongkos menyembuhkan radang saraf telapak kaki.

Lebih dari hanya itu. Jantung koroner yang mungkin hari ini menyerang, juga sebetulnya tidak perlu terjadi, kalau kita sadar, dan tahu proses penyumbatan dinding pembuluh jantung pada orang yang hari ini terserang jantung koroner sudah berlangsung sejak puluhan tahun lalu. Kalau saja diberi tahu,bahwa mereka yang berisiko proses penyumbatan itu tengah berlangsung, untuk berupaya menghentikannya, maka serangan jantung itu tidak perlu terjadi.

Hanya dengan cara menyetop proses penumpukan lemak plaque pembuluh darah itu saja, serangan jantung koroner bisa dibatalkan. Harga sebuah cincin stent yang dipasang di jantung sekitar sedikitnya sekitar Rp 50 juta. Kalau harus dipasang lebih dari satu cincin beapa besar beban kocek yang sebetulnya tidak perlu itu. Yang sama bisa kita lakukan sama murahnya, untuk serangan stroke. Stroke sendiri umumnya menyisakan invaliditas kendati punya uang untuk mengobatinya. Apalagi pula kalau yang menimpa kita suatu kanker. Uang dan harta kita pun mungkin belum tentu bisa menebusnya. Padahal kalau masyarakat diberi tahu, waspada dengan pilihan menu. Bahwa pencetus kanker nomor satu lantaran yang kita makan pilihan menu yang keliru.

Jadi masyarakat harus diperkaya oleh semua informasi, pengetahuan bagaimana mampu membatalkan, atau menggagalkan setiap kemungkinan jatuh sakitnya. Kemungkinan jatuh sakit apa saja. Mimpi saya membagikan semua informasi pengetahuan itu yang kini saya sedang saya realisasikan dalam aktivitas seminar atau talkshow, selain menulis buku untuk itu.

Salam sehat,
Dr HANDRAWAN NADESUL.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar