Kamis, 31 Desember 2015

MUTIARA PAGI “Tetesan Terakhir”

Pasar malam dibuka di sebuah kota. Penduduk menyambutnya dengan gembira. Berbagai macam permainan, stand makanan dan pertunjukan diadakan. 

Salah satu yang paling istimewa adalah atraksi manusia kuat. Begitu banyak orang setiap malam menyaksikan unjuk kekuatan otot manusia kuat ini. Ia mampu melengkungkan baja tebal hanya dengan tangan telanjang. Tinjunya dapat menghancurkan batu bata tebal hingga berkeping-keping. Ia mengalahkan semua pria dalam lomba panco. 

Namun setiap kali menutup pertunjukkannya ia hanya memeras sebuah jeruk dengan genggamannya. Ia memeras jeruk tersebut hingga ke tetes terakhir. 

‘Hingga tetes terakhir’, pikirnya.  

Ia lalu menantang para penonton: 

“Hadiah besar kami sediakan kepada barang siapa yang sanggup memeras hingga keluar satu tetes saja air jeruk dari buah jeruk ini!”


Kemudian naiklah seorang lelaki, seorang yang atletis, ke atas panggung. Tangannya kekar. Ia memeras dan memeras dan menekan sisa jeruk, tapi tak setetespun air jeruk keluar. Sepertinya seluruh isi jeruk itu sudah terperas habis. Ia gagal. Beberapa pria lainnya mencoba, tapi tak ada yang berhasil. 

Manusia kuat itu tersenyum-senyum, 

“Siapa yang masih mau mencoba?”


Seorang wanita kurus setengah baya mengacungkan tangan dan meminta agar ia boleh mencoba. 

“Silahkan nyonya, naik ke panggung.” 

Walau dibayangi kegelian di hatinya, manusia kuat itu membimbing wanita itu naik ke panggung. Beberapa orang tergelak, mengolok-olok wanita itu. Pria saja gagal meneteskan setetes air dari potongan jeruk itu apalagi ibu kurus tua ini. Pikir penonton.


Wanita itu lalu mengambil jeruk dan menggenggamnya. Semakin banyak penonton yang menertawakannya. Lalu wanita itu mencoba memegang sisa jeruk itu dengan penuh konsentrasi. Ia memegang sebelah pinggirnya, mengarahkan ampas jeruk ke arah tengah, demikian terus ia ulangi dengan sisi jeruk yang lain. Ia terus menekan serta memijit jeruk itu,  dan ajaib, setetes air jeruk muncul dan jatuh di atas meja panggung. 

Penonton terdiam terperangah. Lalu cemoohan segera berubah menjadi tepuk tangan riuh.


Manusia kuat menyalami wanita kurus itu, katanya, 

“Nyonya, aku sudah melakukan pertunjukkan semacam ini ratusan kali. Dan, banyak orang pernah mencobanya agar bisa membawa pulang hadiah yang aku tawarkan, tapi mereka semua gagal. Boleh aku tahu, bagaimana Kita bisa melakukan hal itu?”


“Begini,” jawab wanita itu, 

“Aku adalah seorang ditinggal mati suamiku. Aku harus bekerja keras untuk mencari nafkah bagi hidup untuk ke 4 anakku. Jika engkau memiliki tanggungan beban seperti itu, engkau akan mengetahui bahwa selalu ada tetesan air walau itu di padang gurun sekalipun. 
Engkau juga akan mengetahui jalan untuk menemukan tetesan itu. Jika hanya memeras setetes air jeruk dari ampas yang engkau buat, bukanlah hal yang sulit bagiku.
Selalu ada tetesan setelah tetesan terakhir. Aku telah ratusan kali mengalami jalan buntu untuk semua masalah serta kebutuhan yang keluargaku perlukan. Namun hingga saat ini aku selalu menerima tetes keberkahan untuk hidup keluargaku. 
Aku percaya Tuhanku hidup dan aku percaya tetesan berkah-Nya tidak pernah kering, walau mata jasmaniku melihat semuanya telah kering. Aku punya alasan untuk menerima jalan keluar dari masalahku. Saat aku mencari, aku menerimanya karena ada pribadi yang mengasihiku."

Selamat Pagi
Tetap SEMANGAT

Tidak ada komentar:

Posting Komentar