Senin, 15 Desember 2014

Kalau nggak Ikhlas, Bisa Gila

"Abang di Lapas Nusa Kambangan ini sudah berapa tahun?"

"Baru jalan 2 tahun, Saya pindahan dari Cipinang, 3 tahun"

"Apa saja yang Abang alami?"

"Saya ketangkep berdua ama istri, istri saya masih dalam proses pengadilan, uang udah banyak keluar untuk mengurangi masa hukuman, tapi apa dikata hukuman tetap tak bergeming. Anak saya sekarang berusia 6 tahun di luar. Sebulan lalu saya dapat kabar dari keluarga, bisnis laundry yg saya percayakan ke orang yang saya anggap kakak angkat malah dijualnya, hilanglah uang 480 juta saya"

"Perasaan Abang, apa?"

"Ya campur aduk, antara kesal, kecewa, marah"

"Lalu, apa yg membuat Abang terlihat mampu menikmati hidup dan terlihat lebih riang dibanding kawan yg lain?"

"Ikhlas"

"Ikhlas itu seperti apa?"

"Kesadaran untuk mau menerima apa yg terjadi, apa yg nyatanya tak dapat diubah setelah ragam upaya dilakukan, dan bertanggungjawab atas apa yg terjadi"

"Kapan ikhlas itu muncul ?"

"Setelah saya kepentok kenyataan bahwa ragam usaha saya tak membuahkan hasil "

"Ada lagikah yg merangsang ikhlas itu muncul ?"

"Kenyataan bahwa saya ternyata terlalu mengandalkan diri saya, dan selama ini meniadakan sang Maha Kuasa"

"Saat ikhlas itu muncul, lalu apa yg anda rasakan?"

"Imbang antara pikiran dan perasaan saya, dan saya merasa lapang, saya terima masa hukuman saya, saya terima keluarga saya yg malu bahkan menghujat dan tak mau berkomunikasi, saya terima berita2 buruk yg terjadi di luar sana"

"Dari penerimaan tadi, apa akibatnya bagi Abang?"

"Ya plong, kalau saya nggak Ikhlas, saya bisa kayak orang itu!"

"Kenapa dengan orang itu?"

"Gila, sudah dua minggu ia bicara dg pohon dan kursi, sejak ia dapat kabar istrinya di luar sana berhasil dapatkan akta cerai dan menikah dengan orang yg ternyata temannya yg nyaris masuk jadi Warga Binaan"

*
Pun Sapun Ampun Paralun
Asep Haerul Gani

Tidak ada komentar:

Posting Komentar