Jumat, 24 April 2015

Apresiasi (Copas Mr.Yudi Wijaya)

Seorang anak muda mendaftar utk posisi manajer di sebuah perusahaan besar. Dia lulus interview awal, dan sekarang akan bertemu dg direktur untuk interview terakhir.


Direktur mengetahui bahwa dari CVnya, si pemuda memiliki prestasi akademik yg baik. Kemudian dia bertanya, 

"Apakah kamu mendapatkan beasiswa dari sekolah?"


Si pemuda menjawab, 

"Tidak."


"Apakah ayahmu yg membayar uang sekolah ?"


"Ayah saya meninggal ketika saya berumur 1 tahun, ibu saya yang membayarkannya"


"Dimana ibumu bekerja ?"

"Ibuku bekerja sebagai tukang cuci."

Sang direktur kmdn meminta si pemuda utk memperlihatkan tangannya. Si pemuda pun menunjukkan tangannya yg mulus dan halus.

"Apakah kamu pernah membantu ibumu mencuci baju ?"


"Tidak pernah. Ibuku selalu ingin aku belajar dan membaca banyak buku. Dan memang, ibuku dapat mencuci baju lebih cepat dariku."

Sang direktur kmdn berkata, 

"Baik, sekarang aku memiliki permintaan. Ketika kamu pulang ke rumah hari ini, pergi dan cuci tangan ibumu. Kemudian temui aku esok hari."

Si pemuda merasa kemungkinannya mendapatkan pekerjaan ini sangat tinggi. Ketika pulang, dia meminta ibunya utk membiarkan dirinya membersihkan tangan ibunya. Ibunya merasa heran, senang tetapi dg perasaan campur aduk, dia memperlihatkan tangannya ke anaknya.

Si pemuda kaget ketika membersihkan tangan ibunya perlahan. Air matanya tumpah. Ini pertama kalinya dia menyadari tangan ibunya sangat keriput dan banyak luka. Beberapa luka cukup menyakitkan. Ibunya merintih ketika dia menyentuhnya.

Ini pertama kalinya si pemuda menyadari bahwa sepasang tangan inilah yg setiap hari mencuci baju banyak orang agar dirinya bisa sekolah. Luka di tangan ibunya merupakan harga yg harus dibayar ibunya untuk pendidikannya, sekolahnya, dan masa depannya...

Setelah membersihkan tangan ibunya, si pemuda diam2 mencuci semua pakain tersisa utk ibunya,
Malam itu, ibu dan anak itu berbincang hingga larut malam.

Pagi berikutnya, si pemuda pergi ke kantor direktur. Sang direktur melihat ada air mata menetes di pipi si pemuda. Kemudian dia bertanya, 

"Dapatkah kamu ceritakan apa yg kamu lakukan dan kamu pelajari tadi malam di rumahmu ?"


Si pemuda menjawab,

"Saya membersihkan tangan ibu saya dan juga menyelesaikan cuciannya. Saya kini mengetahui apa itu apresiasi. Tanpa ibu saya, saya tidak akan menjadi diri saya seperti sekarang. Dg membantu ibu saya, baru sekarang saya mengetahui betapa sukar dan sulitnya melakukan sesuatu sendiri. Dan saya mulai mengapresiasi betapa pentingnya dan berharganya  bantuan dari keluarga."

Sang direktur berkata,

"Inilah yg saya cari di dalam diri se org manajer. Saya ingin merekrut seorg yg dapat mengapresiasi bantuan dari orang lain, se seorg yg mengetahui penderitaan org lain ketika mengerjakan sesuatu, dan seseorang yg tidak menempatkan uang sebagai tujuan utama dari hidupnya. Oleh sebab itu, aku putuskan: kamu diterima..Saudaraku..."

Seorg anak yg selalu dilindungi dan terbiasa diberikan apapun yg mereka inginkan akan mengembangkan "mental ke'aku'an" dan selalu menempatkan dirinya sebagai prioritas. Dia akan tidak peduli dgn jerih payah org tuanya.
Apabila kita tipe orang tua seperti ini, sebenarnya kita menunjukkan rasa cinta kita atau menghancurkan anak2 kita ?
Kita dapat membiarkan anak2 tinggal di rumah besar, makan makanan enak, menonton dari TV layar besar. Tetapi ketika kita membersihkan rumah, biarkan mereka mengalaminya juga. Setelah makan, biarkan mereka mencuci piring mereka dg saudara2 mereka.


Ini bukan masalah apakah kita dapat memperkerjakan pembantu, tetapi ini karena kita ingin mencintai mereka dg  benar. Kita ingin mereka mengerti, tidak peduli seberapa kayanya orangtua mereka, suatu hari nanti mereka akan menua, seperti ibu si pemuda.


Yang terpenting, anak2 mempelajari bagaimana mengapresiasi usaha dan pengalaman mengalami kesulitan, serta  belajar utk bekerja dg orang lain, agar tumbuh rasa empati thdp org lain..

Tidak ada komentar:

Posting Komentar