Rabu, 07 Mei 2014

Psikologi orang Asia

Prof. Ng Aik Kwang dari University of Queensland, dalam bukunya "Why Asians Are Less Creative Than Westerners" (2001) yang dianggap kontroversial tapi ternyata menjadi "best seller". (www.idearesort.com/trainers/T01.p) menngemukakan bbrp hal ttg bangsa-bangsa Asia yang telah membuka mata dan pikiran banyak orang:




1.Bagi kebanyakan org Asia, ukuran sukses dalam hidup menurut budaya mreka adalah banyaknya materi yang dimiliki (rumah, mobil, uang, dan barang-barang pribadi yang dianggap canggih eg. HP, BB, dll). "Passion" atau rasa cinta thdp sesuatu yang sulit dinilai dg uang kurang dihargai. Akibatnya, bidang kreatifitas kalah populer oleh profesi dokter, pengacara, dan sejenisnya yg dianggap bisa lebih cepat menjadikan seorang utk menjadi kaya.                                      


2.Dalam tata Nilai kebanyakan org Asia, banyaknya kekayaan yg dimiliki lbh penting daripada CARA mendapat kekayaan tersebut. Tidak heran bila lebih banyak orang menyukai ceritera, novel, sinetron atau film dengan tema orang miskin jadi kaya secara instant karena menemukan harta karun, atau dijadikan istri oleh pangeran dan sejenis itu. Tidak heran pula bila perilaku koruptif pun ditolerir/ diterima sbg sesuatu yg wajar.




3.     Bagi org Asia, pendidikan identik dg hafalan berbasis "kunci jawaban" bukan pada pengertian. Ujian Nasional, tes masuk PT dll semua berbasis hafalan. Bahkan sampai tingkat sarjana, mahasiswa diharuskan hafal rumus2 Imu pasti dan ilmu hitung lainnya, bukannya diarahkan utk memahami utk apa, kapan dan bagaimana menggunakan rumus rumus tersebut.




4.Karena berbasis hafalan, murid2 di sekolah di Asia dijejali sebanyak mungkin pelajaran. Mereka dididik menjadi "Jack of all trades, but master of none" (tahu sedikit sedikit ttg banyak hal tapi tidak menguasai apapun).




5.Karena berbasis hafalan, banyak pelajar Asia bisa jadi juara dlm Olympiade Fisika, dan Matematika.
Tapi hampir tidak pernah ada org Asia yang menang hadiah Nobel atau hadiah internasional lainnya yg berbasis inovasi dan kreativitas.




6.Orang Asia takut salah (KIASI) dan takut kalah (KIASU). Akibatnya sifat eksploratif sbg upaya memuaskan rasa penasaran dan keberanian untuk mengambil resiko kurang dihargai.




7.Bagi kebanyakan bangsa Asia, bertanya bisa dianggap bodoh, makanya rasa penasaran tidak mendapat tempat dalam proses pendidikan di sekolah




8.Karena takut salah dan takut dianggap bodoh, maka dalam seminar atau workshop, peserta jarang mau bertanya dlm forum tetapi stlh satu sesi berakhir peserta mengerumuni pelatih/ narasumber utk minta penjelasan tambahan.




Bila anda ingin mengetahui lebih banyak silahkan search di Google atau pesan buku nya ke Amazon. com
Prof. Dr. Sarlito Wirawan Sarwono, psychologist
University of Indonesia,
Persada Indonesia University,
Pancasila University,
Jakarta. Indonesia

Tidak ada komentar:

Posting Komentar