Selasa, 16 September 2014

Sisamu Rejekiku (2)

Tulisan kemarin membangkitkan sebuah nostalgia, mari kita coba memandang dari sisi lain ya....

Ada kenangan dimasa kecil dimana makan daging menjadi keistimewaan yang sangat luar biasa. Kami jarang makan daging, karena pada masa itu keadaan keuangan keluarga kurang memungkinkan.

Mama menjadi kunci dirumah agar kami anak-anaknya tidak menjadi rakus mata saat melihat orang lain makan daging. Mungkin beliau khawatir kalau kami akan lakukan hal yang sama dengan anak-anak yang dilihat Kartika.

Cara beliau bagaimana?

Setiap sabtu (kalau tidak salah) ada sapi yang dipotong di kecamatan kami, Mama akan bangun sangat pagi dan berangkat ke rumah pemotongan hewan.

Borong daging nih?

Tidak, Mama akan langsung berbicara dengan Mang Samsul, beliau pemotong sapi dan masih ada kaitan keluarga. Mama akan memesan tulang paha sapi dengan harapan masih ada serpihan daging disana.

Memang ada sepihan dagingnya?

Pasti ada, karena Mang Samsul akan membuat iri pembeli tulang yang lain, untuk Mama akan diberikan tulang dengan serpihan daging yang agak banyak.

Lalu tulang itu akan direbus sebentar, sisa daging dilepaskan dan diiris halus. Tulang dimasukkan lagi kedalam panci, beras dimasukkan, irisan daging dimasukkan juga. Jadilah bubur daging sapi.

Dampaknya?

Kami tahu rasa daging sapi dan tidak menganggap sapi sebagai barang mewah lagi.

Pagi, Sukses n God Bless You All

Tidak ada komentar:

Posting Komentar