Minggu, 10 Mei 2015

Arum dan Arau

Sementara catatan perjalanan diliburkan sehari dulu. Ada hal penting yang harus didahulukan.

Arau berstatus duda saat menikahi Arum. Dari pernikahan sebelumnya Arau mempunyai beberapa anak yang masih dia nafkahi termasuk mantan istrinya.

Pernikahan dengan Arum menghasilkan banyak rejeki, karena hampir semua hutang usaha mereka menjual jamu dan aneka minuman bisa lunas saat usaha dipegang Arum.

Namun semua tidak mudah saat anak-anak dari pernikahan sebelumnya selalu merongrong mereka berdua, terutama setelah tahu Arum hamil saat ini.

Masalah?

Ya, masalah untuk Arum karena dia bolak balik dimaki oleh anak tirinya setiap kali bertemu.

Ya juga untuk Arau, karena hatinya terbelah oleh kenyataan bahwa mereka adalah anak-anaknya juga. Hal yang tidak disadari adalah dia membiarkan anaknya menjadi durhaka dengan membiarkan mereka mencaci maki dia sebagai Ayahnya.

Dan membiarkan orang lain melakukan dosa karena kita ijinkan maka dosa itu adalah tanggung jawab kita juga.

Berat?

Semua menjadi buah simalakama, diam jadi dosa dikerasin anak sendiri dan kalau dikerasin anak sendiri. Akibatnya Arau menjadi sakit-sakitan akibat makan hati.

Padahal, kalau Arau bisa melihat jelas persoalan ini, dia bisa menghindari sakit hati dengan menutup telepon saat anaknya memaki-maki dirinya.

"Kita tidak bisa menghindari rasa sakit, tapi kita bisa memilih untuk tidak menderita saat rasa sakit itu datang"
-Ps.Buyung Kosa Putra-

Caranya?

Putuskan komunikasi saat ketidak sopanan terjadi. Jangan jadi pengecut yang tidak berani mengambil sikap. Tegaskan sikap maka semuanya akan lebih mudah ditangani.

Show me that you are a man, Arau...!!!

Pagi, Sukses n God Bless You All..
www.hentorum.blogspot.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar