Rabu, 13 Mei 2015

Kenangan Pepeng 'Jari-jari'

Pada hari Kamis, tepatnya 22 November 2012, kampus saya dijadikan tempat untuk acara talkshow yang sudah tidak asing lagi bagi masyarakat Indonesia, yaitu Just Alvin. 

Awalnya, saya datang  ke talkshow tersebut hanya untuk menyaksikan penampilan pembuka dari seorang penyanyi pendatang baru. Namun, ternyata para pembicara talkshow tersebut lebih mampu menarik hati saya, mereka adalah orang-orang yang luar biasa yakni Mas Pepeng dan Rene.

Hari itu Mas Pepeng terlihat sedang dalam kondisi yang baik. Beliau masih bisa bercanda dengan host talkshow tersebut, yakni Mas Alvin Adam. Sampai akhirnya Mas Alvin membuka cerita tentang prestasi terbaru yang diraih oleh Mas Pepeng. Dengan kondisi Mas Pepeng yang sekarang lebih sering di atas kursi roda, beliau masih mampu mendapatkan beasiswa untuk program doktoralnya! 

Mungkin kalian tidak percaya, namun hal itu benar akan terjadi. Mas Pepeng nantinya akan kuliah di rumah dengan teleconferencing menggunakan screen besar. Hal ini bisa terjadi berkat bantuan pihak sponsor yakni Telkom Speedy. Mas Alvin mengajukan proposal kepada pihak Telkom, tak lama kemudian gayung pun bersambut. Akirnya, pihak Telkom bersedia menjadi pihak penunjang program doktoral jurusan Psikologi di Universitas Indonesia, yang akan Mas Pepeng geluti. 

Ada beberapa values dari Mas Pepeng yang bisa kita jadikan inspirasi.

Mas Pepeng adalah seorang yang pantang menyerah. Dengan kondisi beliau yang belum sembuh total dari sakitnya beliau masih saja tetap memaksimalkan apa yang bisa ia kerjakan. Ia sempat berkata, 

“Kerjakan saja, jangan mengeluh. Saya pantang mati sebelum ajal.”. 

Walau lebih sering terbaring di tempat tidur atau berada di atas kursi roda, beliau tetap semangat melakukan berbagai riset dan analisa melalui media internet dan komputernya. Di talkshow tersebut, beliau pun sempat menyatakan bahwa kita harus bisa mengapresiasi apa yang bisa kita kerjakan, ia menyebutnya dengan istilah appreciative quotion. 

Terlebih, beliau menambahkan bahwa dalam kondisi sesulit apapun, jangan pernah merasa menjadi victim (korban), tapi jadilah seorang survivor (pejuang).

Dengan sakit yang ia derita, ia tak pernah menjadikannya halangan. Ia sempat berkata, 

“Sakit ya sakit, tapi jangan lebay (berlebihan).”. 

Ia selalu berusaha mengeksplorasi apa yang ia punya. Ia pun menyadari bahwa, ‘between pain and sick, there’s suffering’. Mungkin yang ia lebih rasakan adalah suffering. Tapi beliau berkeyakinan bahwa suffering itu akan hilang. Beliau sempat menyebutkan beberapa buah terjemahan ayat Al-Quran yang selalu menjadi pedoman hidupnya, 

"Yakinlah kepadaKu, maka hatimu akan tenang.”  

“Di balik kesulitan ada kemudahan.” (Al-Insyirah), 

“Berlomba-lomba lah dalam kebaikan.”. 

Walaupun ia sakit, ia memilih untuk menerima dan menjalaninya sebisa mungkin, itu lah kuncinya beliau bisa bertahan sampai sekarang. 

Ia berpesan pada para audience yang hadir untuk sadar bahwa pilihan ‘pitch control’ dalam hidup ini sesungguhnya ada di tangan kita. Apakah kita ingin membawanya ke nada tinggi, selalu marah-marah. Ataukah tetap di nada rendah, sabar dan ikhlas. Lalu, ia menambahkan, 

“Orang sakit dikabulkan doanya, dihapuskan dosanya. Sampai kita mengeluh. Saya memilih untuk tidak mengeluh.”. 

Selanjutnya, sebagai penutup Mas Pepeng mengutarakan sebuah hadist, 

“Mintalah kepadaKu maka akan kuberi. Bersyukurlah kepadaKu maka akan Ku tambah.”.

- See more at: http://mobile.youngontop.com/notes/just-alvin-goes-to-ui-tsqgjtf5#sthash.q43WeRcO.dpuf

Tidak ada komentar:

Posting Komentar