Senin, 05 Oktober 2015

SANG OPA KESEPIAN. (Cerita dari rumah jompo) Copas YATOBE

PERINGATAN BUAT pembaca.

Pembicaraan teman saya dan sang OPA yg menatap kosong.
Opa memulai cerita tentang hidupnya sambil menghela napas panjang.

Sejak masa muda saya menghabiskan waktu saya utk terus mencari usaha yg baik utk keluarga saya,
khususnya utk anak2 yg sangat saya cintai. Sampai akhirnya saya mencapai puncaknya dimana kami
bisa tinggal di rumah yg sangat besar dgn segala fasilitas yg sangat bagus.
Dmkn pula dengan anak2 saya, mereka semua berhasil sekolah sampai keluar negeri dgn biaya yg tidak pernah saya batasi.

Akhirnya mereka semua berhasil dlm sekolah juga dalam usahanya dan juga dalam berkeluarga.

Tibalah dimana kami sbg orangtua merasa sdh saatnya pensiun dan menuai hasil panen kami.
Tiba2 istri tercinta saya yg selalu setia menemani saya dari sejak saya memulai kehidupan ini
meninggal dunia karena sakit yg sangat mendadak.
Sejak kematian istri, tinggallah saya hanya dgn para pembantu. Anak2 semua tdk ada yg mau menemani
krn mereka sdh mempunyai rumah yg juga besar.

Hidup saya rasanya hilang, tiada lagi orang yg mau menemani setiap saat saya memerlukannya.
Tdk sebulan sekali anak2 mau menjenguk saya ataupun memberi kabar melalui telepon.
Lalu tiba2 anak sulung saya datang dan mengatakan kalau dia akan menjual rumah karena
selain tdk effisien juga toh saya dpt ikut tinggal dengannya.
Dgn hati yg berbunga saya menyetujuinya ,toh saya juga tdk memerlukan
rumah besar lagi tanpa ada orang2 yg saya kasihi di dalamnya.

Stlh itu saya ikut dgn anak yg sulung. Namun apa yg saya dapatkan? Setiap hari mereka sibuk sendiri2 n
kalaupun mereka ada di rumah tak pernah sekalipun mereka mau menyapa saya.

Semua keperluan saya pembantu yg memberi. Untunglah saya selalu hidup teratur dari muda
maka meskipun sdh tua saya tdk pernah sakit2an. Lalu saya tinggal di rumah anak saya yg lain.
Saya berharap klo saya akan mendptkan sukacita didlmnya,tapi rupanya tidak.
Yg lebih menyakitkan semua alat2 utk saya pakai mereka ganti, mereka menyediakan semua peralatan
dari kayu dgn alasan utk keselamatan saya tp sebetulnya mereka sayang dan takut
klo saya memecahkan alat2 mereka yg mahal2 itu.

Setiap hari saya makan n minum dari alat2 kayu atau plastik yg sama dengan yg mereka sediakan
utk para pembantu dan anjing mereka.
Setiap hari saya makan n minum sambil mengucurkan airmata n bertanya di manakah hati nurani mereka?

Akhirnya saya tinggal dgn anak saya yg terkecil, anak yg dulu sangat saya kasihi melebihi yg lain
karena dia dulu adlh seorang anak yg sangat memberikan kesukacitaan pd kami semua.
Tapi apa yg saya dapatkan? Stlh bbrp lama saya tinggal disana akhirnya anak saya n istrinya
mendatangi saya lalu mengatakan bhw mrk akan mengirim saya utk tinggal di panti jompo
dgn alasan spy saya punya teman utk berkumpul n juga mereka berjanji akan selalu mengunjungi saya.

Sekarang sdh 2 tahun saya disini tetapi tdk sekalipun dari mereka yg datang utk mengunjungi
saya apalagi membawakanmakanan kesukaan saya.
Hilanglah semua harapan saya tentang anak2 yg saya besarkan dgn segala kasih sayang n kucuran keringat.

Saya bertanya2 mengapa kehidupan hari tua demikian menyedihkan padahal saya bukanlah orangtua
yg menyusahkan semua anak2 saya.

SEMOGA KISAH NYATA INI BERGUNA SBG
informasi SEMANGAT KASIH KELUARGA.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar