Minggu, 30 Maret 2014

Ketemu Deki Lagi

Kejutan terjadi lagi saat melewati Kalimalang. Di daerah Sumber Artha ada satu wajah yang sangat akrab dengan saya 10 tahun yang lalu.

Deki, begitu kami memanggilnya. Kulit sawo matang dan tampan. Cenderung diam dan keras kepala juga dari dulu.

Pemuda yang satu ini berjalan pincang, dia bekerja jadi Pak Ogah disana.

Pincangnnya ini yang akan menjadi cerita saya hari ini. Agak miris juga untuk diiceritakan, namun sangat memberi pelajaran yang bermakna.

Belasan tahun yang lalu, saat liga Italia sedang booming di Indonesia, pasar taruhan juga luar biasa ramai. Semua orang berusaha untuk mendapatkan uang ekstra dengan cara bertaruh.

Siang hari itu Deki dan Udin membahas pertandingan bola malamnya antara Juventus dan AC Milan, namun mereka tidak punya uang untuk taruhan lagi.

Akhirnya terjadilah taruhan konyol mereka. Taruhan mereka adalah mengikat kawat di kaki pas ukuran kulit, berjalan jongkok seminggu.

Hasilnya?

Deki kalah malam itu, besoknya mulai menjalani taruhannya. Hari ke tiga saat keluar dari gudang yang dia jaga, kaki Deki terbentur kayu dan kawat masuk di kulit kakinya. Namun harga dirinya terlalu tinggi untuk memohon ke Udin supaya diperbolehkan melepaskan kawat itu.

Kawat dibiarkan seminggu dan terjadi infeksi yang lumayan berat, karena kawatnya adalah kawat rem sepeda.

Akibatnya?

Saat luka sembuh jari jempol kakinya mati rasa dan Deki bisa jatuh kalau berlari. Dia pincang sejak hari itu. Upaya berobat kemana-mana tidak membuahkan hasil.

Bagaimana dengan kita?

Apakah yang kita pertaruhkan dalam hidup kita saat ini?

Layakkah kita bertaruh untuk hal itu dan sepadankah hasilnya?

Banyak orang mempertaruhkan pekerjaannya saat korupsi, mempertaruhkan nyawa orang lain saat membawa angkutan umum, dan lain-lain.

Anda semua pasti tahu resiko dari pekerjaan Anda bukan?

Layakkah Anda lakukan itu?

Pagi, Sukses n GBU All...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar